Rabu, 29 November 2017

MENGENAL LEBIH DEKAT DENGAN TB (1)

Apa itu Tuberkulosis?


Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia.

Ketika bakteri tersebut menginfeksi bagian tubuh, maka orang tersebut menderita Tuberkulosis (TB) atau TBC atau paru-paru basah, meski artikel lain menyebut paru-paru basah adalah bronkitis ada juga pneumonia.

Infeksi adalah kolonalisasi mikroorganisme pada jaringan yang ditempatinya. Infeksi sering mengacu pada keadaan di mana ada spesies asing yang hidup di dalam atau berada pada organisme inang(organisme yang ditempati), bereplikasi dan mengganggu kerja jaringan organisme inang, sehingga dapat disebut memabahayakan inang.

Bakteri menginfeksi inang itu, seperti benalu yang menjajah pohon besar, karena benalu tidak bisa hidup sendiri untuk cari makan. Maka dia hidup dengan menjajah pohon sebagai sumber nutrisinya, dan hal ini bersifat parasit yaitu merugikan pohon inang. Unsur hara yang diserap akar pohon, tidak terhisap oleh nya, tapi diambil oleh benalu. Jadi benalu merusak pohon inangnya.

Jadi,Tuberkulosis artinya suatu keadaan dimana Mycobacterium Tuberculosis menginfeksi atau menjajah tubuh dan berkembang biak. Bakteri tersebut tidak bisa hidup sendiri, maksudnya tidak bisa mencari makan sendiri dan tumbuh sendiri. Dia bisa hidup hanya dengan menginfeksi organisme lain.

Apa saja gejala TB?

  • Batuk terus menerus selama lebih dari 2 minggu
  • Demam
  • Darah di dahak
  • Dada sesak
  • Kehilangan selera makan
  • Berat badan turun
  • Kesulitan dalam bernapas


Bagaimana TB menyebar?

TB menyebar melalui udara. Ketika seorang yang terinfeksi TB Paru batuk, bersin, hal ini memungkinkan bakteri tersebut keluar dan terbang di udara. Siapa pun yang menghirup udara yang mengandung bakteri tersebut bisa berkembang menjadi terinfeksi TB. Dari paru-paru, bakteri TB bisa berpindah ke organ lain melalui darah.


TB tidak menyebar dengan berbagi peralatan bersama, makanan, air atau bersentuhan.


Bagian Tubuh apa saja yang diinfeksi oleh Bakteri TB?


Bakteri TB bisa menyerang/menginfeksi semua organ tubuh kecuali rambut dan kuku. Tetapi organ yang paling sering terinfeksi adalah paru-paru.

Siapa saja yang dapat terinfeksi TB?

Karena TB adalah penyakit yang penyebarannya lewat udara, jadi siapa pun yang menghirup udara yang mengandung bakteri TB. TB bisa menginfeksi semua orang, semua umur, dan semua strata ekonomi.


Bagaimana reaksi tubuh jika kita menghirup udara yang mengandung bakteri TB?

Ada 3 kemungkinan tubuh bereaksi terhadap bakteri yang masuk:
  1. Bakteri TB Mati
    Jika sistem kekebalan tubuh kuat, maka limfosit berhasil membunuh bakteri dan infeksi tidak menyebar lebih jauh.
  2. Bakteri TB Tidur
    Jika sistem kekebalan tubuh tidak cukup kuat, jadi limfosit tidak berhasil membunuh bakteri tetapi infeksi dapat dibatasi dan tidak menyebar lebih jauh.
    Namun ketika imun tubuh turun, bakteri yang awalnya dorman (tidur), kemudian aktif kembali dan menyebar dengan cepat. Keadaan ini disebutTB reaktivasi. Hal ini juga dapat dipicu oleh paparan bakteri TB baru, yang menyebabkan aktif kembalinya infeksi pertama dan disebut Infeksi TB kedua.
  3. Bakteri TB Aktif
    Jika sistem kekebalan tubuh lemah, maka limfosit tidak dapat membatasi bakteri TB , berkembang biak menyebar dengan cepat. Orang tersebut mengalami gejala dan jatuh sakit menjadi TB aktif.

a dan b disebut TB latent,


Apakah TB Non Paru bisa menular?

Tidak.

Jika seseorang sakit TB paru aktif, bagamana pencegahan yang dapat ia lakukan untuk memastikan agar tidak menyebarkan bakteri TB?


Diketahui bahwa penyebaran TB adalah melalui udara, tindakan yang paling penting untuk mengendalikan penyebaran bakteri adalah menggunakan masker. Selain itu, pasien TB sensitif umumnya sudah tidak menular, ketika sudah melewati pengobatan 2 minggu pertama. Patuh dan disiplin meminum obat pada dosis yang benar itu sangat penting. Hal penting lain adalah menjaga aliran udara lancar dengan membuat ventilasi yang baik.



Sumber :
Pharmaceutical Care untuk penyakit TB. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Depkes RI. Jakarta:2005
A Quick Guide to Tuberculosis. A resource for Journalist. November 2005(v2). Bisa didapat di www.media4tb.org
https://www.cdc.gov/tb/publications/faqs/qa_introduction.htm#whatistb
https://www.khanacademy.org/science/health-and-medicine/infectious-diseases/tuberculosis/v/tb-pathogenesis


Selasa, 19 September 2017

MAKANAN DAN HARAPAN SEMBUH PASIEN TB



Pekan Gizi Nasional (5 September di India) adalah waktu yang tepat untuk meninjau kembali hubungan gizi dan Tuberkulosis.



Kira-kira dalam waktu 3 menit, artikel ini habis dibaca, 3 orang di suatu tempat di India meninggal karena TB. India menanggung beban proporsi tuberkulosis global yang signifikan, mengandung seperempat kasusu di dunia. Lebih dari 2 juta orang India terserang TB setiap tahunnya. Kami sangat menyadari pentingnya faktor pengobatan dan dukungan TB yang patut mendapatkan perhatian di India, termasuk juga kesadaran yang lebih baik, diagnosis dini, peningkatan akses terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT), deteksi terhadap resistensi obat dan penyelesaian pengobatan. Nutrisi, bagaimanapun, adalah aspek yang penting dalam pengobatan yang sering diabaiakan.


Riwayat medis penuh dengan bukti anekdotal yang menyoroti peran nutrisi dalam membantu pasien pulih dari TB. Kembali di abad 19, TB adalah penyakit umum di seluruh Eropa. Tidak tersedia obat anti TB sehingga pasien sering dikirim ke sanatorium , dimana mereka menjalani rejimen harian yang ketat yang terdiri dari makanan bergizi, banyak udara segar, istirahat dan aktivitas terbatas. Dan banyak dari mereka mampu pulih. Dengan sedang berlangsungnya Pekan Gizi Nasional, inilah saat yang tepat untuk meninjau kemabil hubungan antara gizi dan tuberkulosis

Hubungan antara TB dan gizi buruk


Kekurangan gizi merupakan faktor resiko berat untuk TB . Penyakit ini, pada saat tertentu, mengakibatkan perubahan patofisiologis yang menyebabkan kekurangan gizi. Pasien TB mengalami kehilangan nafsu makan, memiliki laju metabolisme basal (BMR) yang lebih tinggi dan berkurangnya kemampuan untuk mensintesis protein dalam tubuh, menyebabkan pemborosan otot, kekurangan lemak, dan penurunan berat badan, serta kekurangan mikro dan makronutrien. Kekurangan gizi dikombinasikan dengan durasi pegobatan TB yang lama dan obat-obatan, menyebabkan outcome pengobatan yang buruk dan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi

Kurang gizi pada saat diagnosis TB juga dikaitkan dengan lebih tingginya resiko kematian akibat infeksi.


Pentingnya makanan yang baik saat pemulihan TB


Diperkirakan 70% kasus TB yang timbul, tercatat berada di rentang usia paling produktif (15-54 tahun), seringkali mengakibatkan pasien kehilangan pekerjaan yang mungkin menjadi tulang punggung bagi keluarga mereka. 

Bahkan, keadaan hidup yang tidak bersih, keterbatasan akses menuju fasilitas kesehatan dan kurangnya kesadaran membuat keluarga yang kurang mampu menjadi lebih rentan dan memaksa mereka pada masalah keuangan yang lebih rumit. Oleh karena itu, penting untuk memberikan dukungan berupa nutrisi yang dibutuhkan pasien dan keluarga mereka dengan harapan dapat meningkatkan harapan sembuh pada pengobatan dan mengurangi penularan TB ke anggota keluarga lain.

Asupan kalori, protein, mikronutrien dan makronutrien yang cukup selama pemulihan TB dapat membantu menambah jumlah kalori dan energi yang dibutuhkan akibat infeksi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan reaksi biokimia yang terlibat dalam proses perbaikan dan pemulihan sel dan jaringan, dan membantu penanganan gejala TB dan efek sampingnya. Pasien TB harus mendapatkan 45%-65% kebutuhan energi hariannya dari karbohidrat, 25%-35% dari lemak dan 15%-30% dari protein. Beberapa nutrisi penitng untuk pasien adalah vitamin A, B6, C,D,E, asam folat, temabaga, besi, selenium dan seng, karena berperan penting dalam fungsi yang berhubungan dengan sel dan kekebalan tubuh.

Memberikan dukungan nutrisi bagi mereka yang membutuhkan.


Pemerintah Chhattisgarh (red-Negara bagian dari India) telah menjadi orang pertama yang meluncurkan skema inovatif untuk memberikan bantuan nutrisi kepada pasien TB. Mukhyamantri Kshay Poshan Yojana (red: Program kesejahteraan oleh Pemerintah India) menyediakan sekeranjang makanan bulanan yang mencakup minyak kacang kedelai, kacang tanah, dan susu bubuk bagi setiap 30.000 pasien. Di kota-kota lain seperti Visakhapatnam (Andhra Pradesh-red-Negara bagian India) dan Indore (Madhya Pradesh- red-Negara bagian India), memberikan nutrisi yang dibutuhkan kepada pasien TB, terutama yang tinggal di daerah terpencil.

Sangat penting, pada saat diagnosis itu sendiri, untuk mengecek status gizi pasien dan memberikan konseling kepadanya tentang peran nutrisi. 


Kita harus melakukan hal ini tanpa mengesampingkan faktor standar rejimen dan ‘monitoring’ TB. Pengecekan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional atau petugas layanan kesehatan terlatih lainnya di pusat kesehatan masyarakat. Beberapa parameter seperti tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas (pada anak-anak), riwayat medis, tanda kekurangan gizi klinis(misalnya busung lapar, wasting), bersamaan dengan evaluasi makanan dan cek kondisi kormobid (penampakan dari 2 buah penyakit yang bersamaan) untuk menilai apakah pasien tersebut kekurangan gizi. Menawarkan suplemen nutrisi juga dapat disebut sebagai insentif bagi pasien untuk memotivasi mereka agar patuh dan dapat menyelesaikan pengobatannya.


India telah membuat langkah yang signifikan dalam mengurangi prevalensi TB dan moralitas TB dalam 25 tahun terakhir. Bagaimanapun, untuk menghapus label India sebagai negara dengan beban TB global tertinggi, maka kita perlu bersatu dalam memberikan dukungan nutrisi ke dalam strategi pengobatan, perawatan dan dukungan TB, khususnya untuk masyarakat yang kurang mampu.

Red: Indonesia memiliki beban TB tertinggi kedua, setelah India


Senin, 04 September 2017

OBAT ANTI TUBERKULOSIS DIMINUM SEBELUM, SAAT, ATAU SETELAH MAKAN?

Peneliti Menjawab

TNN | Diupdate: Sep 4, 2017, 05:51 IST

Chennai: Dalam sebuah penelitian tentang mengubah jadwal minum obat anti tuberkulosis (OAT), sekelompok peneliti telah menemukan bahwa makanan dapat mengurangi keefektifan sebagian besar obat lini pertama dari pengobatan infeksi ini.

Sebuah tim dari Institut National Penelitian tuberkulosis (NIRT-India)- setelah menguji 25 pasien TB di Chennai yang makan sebelum minum obat mereka- menemukan, bahwa, konsentrasi OAT tersebut menurun secara signifikan dan memperlambat penyerapannya. Mereka meneliti 3 obat lini pertama : rifampicin, isoniazid and pyrazinamide.

Dr.Soumya Swaminathan, direktur jenderal Indian Council of Medical Research, salah satu rekan penulis mengatakan, meskipun kebanyakan dokter mengetahui dampak klinis pada makanan terhadap refampicin, pedoman mengenai kapan mengkonsumsi selain obat itu tidak jelas. “Studi kami menunjukkan bahwa setidaknya dua obat lini pertama lainnya perlu diminum dengan berpuasa (tidak makan 12 jam sebelum minum obat-red)”katanya, menambahkan penemuan mereka itu penting, karena rendahnya dosis obat lini pertama. “Dan jika makanan malah lebih mengurangi keefektifan, hal ini dapat menyebabkan kekhawatiran” imbuhnya.

Bagaimanapun, tidak semua orang bisa mentolerir obat ini saat perut sedang kosong “ Dalam kasus tersebut, setidaknya tunda waktu (minum obat-red) 3 jam setelah makan

Penelitian yang telah dipublikasikan di Indian Journal of Medical Research, mengenai studi pasien yang minum obat setelah sarapan 4 idli (Sarapan khas India Selatan-red) dengan coconut chutney (saus kelapa) dan sambar (sejenis masakan sayur India Selatan) dan satu cangkir kopi. Kelompok yang serupa di periksa setelah puasa semalam 12 jam, dilanjutkan dengan pemberian obat dan sarapan setelah 2 jam pemberian obat.

Pemberian obat bersama makanan menyebabkan konsentrasi plasma (waktu yang dibutuhkan obat untuk mulai bereaksi setelah diserap oleh darah) turun 50%, 45%, dan 34% berturut-turut untuk rifampicin, isoniazid and pyrazinamide.



Obat Anti Tuberkulosis


Peneliti mengatakan bahwa asupan makanan mempengaruhi perjalanan ruwet dalam bioavailability obat (perjalanan obat hingga diserap sel-red),” Hal itu mungkin mengganggu tidak hanya pada disintegrasi tablet, pelarutan obat dan transit obat selama di saluran pencernaan tetapi juga dapat mempengaruhi transformasi metabolik obat di dinding penceraan dan hati” kata Dr. Greetha Ramachandran dari departemen biokomia dan klinik farmakologi NIRT.

Dia menambahkan tidak ada pedoman yang jelas mengenai apakah boleh atau tidak meminum obat bersama dengan makanan.”Yakin, bahwa obat tidak mentolerir dengan baik saat perut kosong dan beberapa pasien lebih memilih untuk makan dahulu sebelum minum obat-obatan mereka” katanya. Dalam program perbaikan pengendalian TB Nasional (India-red), semua obat diberikan bersamaan dengan pengobatan pengawasan langsung (DOT) pada fase intensif.

Studi tersebut merekomendasikan dokter untuk menjelaskan kepada pasien tentang efek positif dari minum obat dalam keadaan belum makan dan disarankan untuk melakukan hal itu. “Ada juga kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut untuk memaksimalkan khasiat dan keamanan obat yang digunakan saat ini” saran Dr. Swaminathan.




Selasa, 22 Agustus 2017

CATATAN TENTANG PENGALAMAN PASIEN TB

Oleh : Dr. Madhukar Pai


Nandita Venkatesan (kiri) dan Deepti Chavan (kanan), TB Survivors dan Advokat pasien dari India, menghabiskan dua minggu di McGill University, Montreal, dan berbicara dalam tiga kursus di Summer Institute in Infectious Diseases & Global Health.

Sebagai seorang peneliti Tuberkulosis (TB), aku (red : Dr. Madhukar Pai) sudah menyimpulkan hasil yang menunjukan bahwa kualitas perawatan TB perlu banyak diperhatikan , terutama di negara-negara dengan resiko TB tinggi misal India. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien seringnya terdiagnosa sangat terlambat dan dokter jarang memberikan tes TB (atau pasien direkomendasikan untuk melakukan tes), bahkan ketika pasien menunjukan gejala lama. Kualitas perawatan yang buruk adalahalasan mengapa TB bertanggungjawab lebih banyak nyawa daripadamalaria dan HIV kombinasi dan menduduki peringkat 10 besarkematian didunia.

Tetapi memahami pengetahuan tidak mampu menahanku merinding, saat mendengar cerita dari 2 gadis pemberani yang selamat dari TB tentang bagaimana mengeluarkan isi perutnya dan melawan semua rintangan. Awal bulan ini, acara dibawakan oleh Deepti Chavan dan Nandita Venkatesan dari India pada McGill Summer Institute di Penyakit Infeksi danKesehatan Global. Kami membukakan materi kemajuan diagnosa TB dengan menanyakan Nandita dan Deepti untuk mengatakan mengapa diagnosis yang tepat sangat penting bagi pasien. Dan seperti apa efek yang telah dia alami.

Deepti Chavan, telah memenangkan pertarungannya melawanTB. Dia didiagnosis TB ketika umur 16 tahun, setelah beberapa minggu mengalami gejalanya. Di semua keadaannya, dia menahan 6 tahun terapi obat yang beracun, termasuk 400 suntikan yang menyakitkan dan sebagian besar paru-paru yang terinfeksi harus dioperasi agar kembali pulih dari TB RO yang parah.

Selama pembukaan acara yang menyentuh, Deepti berbicara tentang bagaimana dia periksa pada beberapa dokter dan tentang bagaimana sebagian besar dokter mengubah antibiotiknya tanpa melakukan tes kinerja obat. “Saya benar-benar ingin tahu jika obat TB yang saya minum itu manjur atau tidak” katanya. Praktisnya, melakukan tes resistensi obat pada semua pasien TB untuk memastikan pengobatan itu adalah jalan yang efektif. Hal itu benar-benar diperlukan, kata Deepti.” Kami tidak bisa membahayakan kehidupan pasien TB dengan diagnosis terlambat dan memberinya perawatan yang tidak tepat,” dia berpendapat “Mungkin jika dokterku sudah melakukan tes resistensi obat lebih cepat, paru-paruku seharusnya bisa diselamatkan

Nandita Venkatesan menceritakan kembali perjuangannya yang dimulai sejak umur 17tahun Ketika dia didiagnosis memiliki TB perut dan memulai pengobatan setelah gelajanya berkembang selama 3 bulan, itu pun harus berulang kembali pada umur 23 tahun. Pada waktu itu, dia perlu dioperasi dua kali untuk bertahan hidup.

Bagian yang tidak menyenangkan dari semuanya itu setelah ulang tahun yang ke-24 ketika bangun tidur dan benar-benar tidak mendengar apapun. Nandita kehilangan pendengarannya karena efek Kanamycin, obat TB tingkatan kedua yang harus diminum oleh pasien TB RO. Di TEDx talk dengan judul “Dari suara menjadi Sunyi- Pelajaran dari perjalanan menujukehilangan pendengaran”, Nandita memberikan kami kesempatan mengintip duniamya yang sunyi, tantangan, dan doa dalam menghadapi masyarakat yang tidak ramah pada orang-orang dengan disabilitas, pertimbangannya untuk mendapatkan kembali pekerjaannya dan bagaimana dia memulai menarilagi.

Dalam pidatonya di MacGill, Nandita menantang kami (red : peneliti) untuk kembali dengan diagnosis yang lebih baik untuk TB extra paru. “Sebuah hasil tes untuk meneliti resistensi obat membutuhkan waktu 6 minggu Tetapi waktu tersebut sudah cukup untuk mebolakbalikkan kehidupan pasien”katanya. Dia juga sangat memohon untuk mengembangkan obat TB menjadi lebih baik dengan efek samping yang lebih sedikit. Dia menanyakan mengapa semua pasien pengobatan tingkat 2 tidak mendapatkan tes pendengaran secara rutin untuk menutupi kemungkinan kehilangan pendengaran? Pasien tidak hanya memerlukan diagnosis yang tepat, tetapi juga membutuhkan tindak lanjut yang memadai dan monitoring selama pengobatan yang panjang, katanya

Perempuan di india di kucilkan ketika mereka memiliki TB. Tetapi hal ini tidak menghentikan perjuangan Deepti dan Nandita. Mereka adalah advokat yang mumpuni sekarang, berjuang melawan TB di India dan terlibat dengan ilmuwan dan pemerintah untuk memperbaiki keadaan pasien di negaranya. Mereka terus menerus mengingatkan kami bahwa perang melawan TB tidak dapat dimenangkan tanpa memberdayakan pasien. Faktanya, pekerjaan mereka tak ternilai dalam meningkatkan kesadaran mengenai efek samping penyakit ini dan mengenai perlunya kami untuk berinvestasi pada alat yang lebih baik. Program TB yang kurang didanai secara serius akan sangat mengekang semangat dan kekuatan para juara TB ini.


Setelah Summer Institute kami berakhir, jelas untuk satu dan semua bahwa kontribusi Deepti dan Nandita menjadi sorotan institusi tahun ini. Mereka berbicara kenyataan, mengambil hati kami, dan mengingatkan kami bahwa kami perlu membuat sebuah kesempatan untuk pasien dalam konferensi ilmu pengetahuan kelas, dan even kami. Setelah semuanya, jika kita peduli bahwa pengetahuan kami akan membuat perbedaan , maka kita harus benar-benar mendengarkan mereka yang sangat membutuhkan kemajuan pengetahuan ini. Terimakasih Nandita dan Deepti untuk 2 minggu yang menginspirasi. More power to you!


Rabu, 02 Agustus 2017

TUBERKULOSIS YANG SUSAH DILUPAKAN DUNIA


"Bangkit kembalinya wabah TB merupakan masalah bagi negara yang sedang berkembang dan negara maju."


Komunitas International akan memerlukan tanggapan dan kerjasama yang lebih luasdan menyeluruh terhadap tuberkulosis jika ingin menghentikan penyakit kuno ini. “kata James Trauer.

Tuberkulosis (TB)  disebut sebagai ancaman menular di dunia, menjadi penyebab atas lebih banyaknya kematian setiap tahunnya daripada organisme lain. Meskipun demikian, hal ini sering terlupakan dengan beban belanja negara yang rendah, dimana riwayatnya jauh lebih rendah daripada beberapa penyakit menular utama lainnya.

Selama beberapa tahun, TB diperkirakan menurun dan pun statistik resmi melaporkan penurunan beban penyakit. Bagaimanapun, justru selama 3 tahun terakhir setiap tahunnya, total anggaran belanja global pada TB lebih besar dari tahun sebelumnya. Tidak dapat disangkal, mungkin hal ini berhubungan dengan peningkatan diagnosis, pengawasan dan teknik untuk menaksir jumlah kasus, tetapi perasaan bahwa bangkit kembalinya penyakit kuno ini akan sulit untuk dihindari.

Beberapa faktor seperti meningkatnya resistensi obat, urbanisasi dan tingginya HIV dapat menjadi pengaruh terhadap masalah ini, sementara peningkatan jumlah pengungsi dan orang terlantar secara global berarti bahwa penyakit tersebut tidak dapat terus dibiarkan dengan perhatian yang sangat sedikit oleh negara maju

Begitu pula dengan total beban TB yang diabaikan, umumnya prevalensi resistensi obat mungkin juga tidak diakui. Meskipun hanya sebagian kecil dari semua kasus TB dunia dilaporkan sebagai sangat resisten obat (Resisten Banyak Obat (Multi drug resistant /MDR), tes MDR-TB biasanya hanya ditujukan untuk pasien yang berpeluang besar seperti rentan dengan resistensi obat.

 Meskipun angka yang dilaporkan sangat rendah pada pasien MDR-TB yang sebelumnya belum pernah mendapatkan perawatan TB, tapi mungkin sekali terdapat kesalahan diagnosis seperti pasien saat pertamakali datang pengobatan, sehingga menjadikan angka ini menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya.

Meskipun banyaknya masalah resistensi obat, WHO urung memasukkan bakteri TB dalam daftar 12 bakteri resisten antibuiotik prioritas global belakangan ini. Dasar kebenarannya adalah bahwa dulu TB sudah pernah benar-benar prioritas utama. Dengan sebuah patogen penting untuk merebut pengakuan, kehilangan kesempatan ini benar-benar menyebabkan frustasi pada seluruh organisasi yang terlibat memerangi TB.

Mengingat beban peynakit yang sangat besar dan tantangan tambahan yag dihadapi oleh mereka yang melawan nya, seperti dana yang tidak mencukupi dan resistensi obat, sebuah sambutan yang meluas dengan jelas akan menjadi perkembangan yang menggembirakan.

Dalam konteks ini, strategi End TB WHO menyerukan pengurangan yang pada beban TB dan sebuah akhir dari kerugian bencana yang dipikul oleh keluarga yang terinfeksi. Strategi semacam itu adalah sebuah seruan ambisius terahadap perang dan apa saja yang benar-benar dibutuhkan jika ingin merealisasikan visi dunia bebas TB.

Namun, saat pengendalian terhadap tiga penyakit menular yang besar (HIV, malaria, TB) adalah satu dari delapan tujuan Pembangunan Millenium pra-2015, kesehatan, dan kesejahteraaan secara keseluruhan hanya merupakan satu dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pasca-2015. Sementara itu, negara-negara berpenghasilan rendah semakin berjuang melawan epidemi ganda baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular.

Bahkan saat sudah menggunakan target baru yang ambisius ini, profil TB jika dibandingkan dengan prioritas kesehatan dan pembangunan yang lain tampaknya telah turun. Kebetulan hal ini bukanlah permainan zero-sum (red=monopoli), ketika epidemi TB selalu berkaitan erat dengan kemiskinan dan marginalisasi, sementara penguatan sistem kesehatan secara luas menambah campur tangan pengobatan TB.

Dan juga mencapai perkembangan sosioekonomi yang lebih luas, kunci utama kesuksesan kami dalam mencapai tujuan paska-2015 untuk TB akan menjadi kerjasama tingkat internasional. Karena jumlah kasus bervariasi lebih dari 200 kali lipat antara beban terendah (misalnya USA) dan beban tertinggi (misalnya Afrika Selatan) pengendalian global hanya akan dicapai melalui penurunan penyakit yang drastis di negara yang berpenghasilan rendah dan beban penyakit yang tinggi.

Negara-negara kaya dengan beban TB rendah mungkin memilih untuk menangani TB hanya sebagai salah satu masalah migrasi atau masalah hak asasi manusia. Keseimbangan ini mungkin akan sulit didapat.

Mengingat bahwa sebagian besar kasus di negara-negara kaya terjadi pada mereka yang lahir di luar negara mereka, penurunan yang ditargetkan dapat dicapai dengan menemukan dan mengobati infeksi inaktif pada imigran, tetapi hanya untuk negara-negara tertentu.

Hal ini juga memungkinkan untuk membuat uraian ekonomi untuk meningkatkan kontrol dengan menunjukkan jumlah korban ekonomi yang sangat besar bahwa TB menyebabkan tingginya tingkat kematian pada orang dewasa yang sebelumnya sehat dan produktif. Namun, saat ini TB membutuhkan setidaknya 6 bulan pengobatan , dukungan yang konsisten dari layanan kesehatan yang kuat, bahkan jenis TB RO akan memerlukan perawatan tertentu dan pengobatan yang lebih mahal.

Singkatnya, tidak hanya khusus fokus pada screening migrasi tetapi juga terhadap pertimbangan yang tanpa kompromi pada anggaran ekonomi untuk mencapai tujuan mengakhiri TB.

Sebagai gantinya, mengadopsi dari Universal Health Coverage secara menyeluruh yang mencakup pendekatan baik pencegahan dan pengobatan, bersamaan dengan perlindungan dalam biaya keuangan akan menjadi satu-satunya jalan untuk mencapai visi End TB Strategy. Pendekatan ini harus didukung melalui dialog tentang menghargai yang selamat dan memberikan pengobatan secara efektif (bagi yang sakit) merupakan sebuah hak asasi manusia, bahkan untuk pasien yang paling susah dijangkau sekali pun.

Artikel dialihbahasakan dari :The world can’tafford to forget tuberculosis








Rabu, 12 Juli 2017

APAKAH VAKSIN TB DAPAT MENYEMBUHKAN DIABETES TIPE 1?

APAKAH VAKSIN TB DAPAT MENYEMBUHKAN DIABETES TIPE 1?
Ilmuwan menemukan suntikan BCG dapat menyembuhkan penyakit.
Oleh Gemma Mullin

Suntikan BCG dalam percobaan ilmuan ditemukan hal ini dapat mengembalikan respon tepat imunitas pada sel yang memproduksi insulin di pangkreas.

Mengulang kembali vaksin TB dapat menyembuhkan diabetes tipe 1, ilmuwan percaya akan meningkatnya harapan yang berpotensi sembuh.

Suntikan BCG dapat me-reset sistem imun untuk menghentikan penyebab utama penyakit, saran penelitian baru.

Sumber : https://www.thesun.co.uk/living/3783213/could-the-tb-vaccine-cure-type-1-diabetes-scientists-discover-bcg-jab-can-reverse-the-disease/


Vaksin BCG dapat memutarbalikkan dampak dabetes tipe 1, kesimpulan penelitan baru

Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun yang mencegah tubuh untuk memproduksi insulin.
Insulin adalah hormon yang membantu tubuh untuk mengubah gula darah menjadi gula otot.
Hal ini sering didiskrpsikan sebagai kunci untuk membuka pintu sel tubuh.
Ketika pintu itu terbuka dan glukosa masuk maka sel tubuh dapat menggunakannya sebagai pasokan energi. Tanpa insulin, maka tidak ada kunci untuk membuka pintu tersebut dan glukosa menumpuk di dalam darah.

Diabetes tipe 1 ketika sel produksi insulin dirusak, yaitu sistem imun keliru menilai sel tersebut sebagai sel yang berbahaya dan justru merusaknya.

Sekarang, sebuah tim ahli di Rumah Sakit Umum Massachusetts percaya bahwa suntikan BCG dapat memutar balikkan sebab kerusakan itu pada sel produksi insulin
Suntikan tersebut saat ini diberikan kepada anak berusia 13 di sekolah sebagai bagian dari program imunisasi NHS.

Tetapi ilmuwan sekarang percaya bahwa dosis dua kali lipat dapat menjadi kunci untuk menyebuhkan diabetes tipe 1.

Dr. Denise Fastman, yang memimpin percobaan, mengatakan vaksin itu dapat memicu perubahan permanen pada gen tubuh yang dapat mengembalikan sel imun, disebut Tregs.

Tregs juga diketahui sebagai rem sistem imun dan secara normal bekerja untuk menghentikan kekeliruan tubuh dalam menyerang diri sendiri.

Dengan menarik rem itu mungkin sistem imun berhenti menyerang pangkreas, penyebab diabetes tipe 1.

Teori tersebut juga berlaku pada penyakit autoimun lain, termasuk multiple sclerosis, kata peneliti.

Sumber : https://www.thesun.co.uk/living/3783213/could-the-tb-vaccine-cure-type-1-diabetes-scientists-discover-bcg-jab-can-reverse-the-disease/



Ini mungkin pengobatan pertama untuk diabetes tipe 1, kata ilmuwan

Dr. Faustman mengatakan :”BCG itu menarik karena dapat membawa banyak manfaat pada bidang imunologi yang kami sebagai manusia telah mencarinya selama beberapa dekade, termasuk Tregs dan hipotesis kebersihan.


Apakah perbedaan antara diabetes tipe 1 dan tipe 2?
Semua diabetes menyebabkan gula darah berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada normal, tetapi perbedaan 2 tipe ini disebabkan 2 hal yang berbeda.
Perbedaannya terletak pada apa yang menyebabkan kekurangan insulin-sering disebut sebagai kunci yang membuka pintu sel untuk glukosa.

Dengan diabetes tipe 1, pangkreas seseorang tidak memproduksi insulin, tetapi pada diabetes tipe 2 tubuh resisten terhadap insulin, sehingga butuh insulin yang lebih banyak daripada kisaran normal.

Diabetes tipe 2 berhubungan dengan obesitas
Diabetes tipe 2 adalah bentuk diabetes paling umum-sekitar 85%-95% dari semua kasus diabetes, berdasarkan pada diabetes UK.https://www.diabetes.org.uk/Diabetes-the-basics/What-is-Type-2-Diabetes/

Biasanya, psien yang didiagnosis diabetes tipe 2 berumur 40 tahuanan.
Para ahli memperkirakan meningkatnya kasus diabetes tipe 2 itu disebabkan oleh peningkatan kasus obesitas- penyebab utama diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 2 dapat dikendalikandengan obat dan banyak orang yang dapat mengembalikan kondisi mereka dengan melakukan gaya hidup sehat- diet sehat dan olah raga.

Diabetes tipe 1 itu lebih langka.

Diabetes tipe 1 itu lebih langka, dan diderita sekitar 10% kasus diabetes pada orang dewasa.

Hal ini dapat dikendalikan dengan suntikan insulin harian atau dengans ebuah pompa insulin.

Bentuk ini biasa diderita dan ditemukan sejak balita atau sebelum umur 40 dan tidak berhubungan dengan obesitas.






Mengulang vaksin BCG mucul untuk menghidupkan gen Tregs secara permanen, dan keuntungan vaksin berdampak pada respon induk imun dalam evolusi manusia dengan myocbacteria selama beberapa dekade, sebuah hubungan yang telah hilang karena kebiasaan makan dan gaya hidup."

“Luar biasa bahwa vaksin aman dan murah mungkin bisa menjadi kunci untuk menghentikan penyakit mengerikan ini”

Tim Faustman adalah kelompok pertama yang memeriksa lebih lanjut dalam penyembuhan penyakit diabetes tipe 1 pada tikus.

Kemudian mereka benar-benar sukses dalam percobaan klinis fase 1 pada vaksin BCG manusia.

Sekarang mereka melakukan percobaan fase 2 selama 5 tahun menyertakan 150 orang dalam penelitian apakah suntikan BCG ulang dapat menyembuhkan diabetes tipe 1 pada orang dewasa.

Penelitian itu ditampilkan dalam sesi ilmuan ke-75 pada Asosiasi Diabetes Amerika.





Selasa, 04 Juli 2017

EFEK OBAT ANTI TUBERKULOSIS

Pipisku Merah, Keringat dan ‘eluh’ ku Pink, Untung Hatiku nggak ‘begitu’ Ungu ”  


Positif TB ya dik, informasi lain bisa ditanyakan ke loket 7 (Pojok DOTS)” kata bapak dokter berkacamata. Karena cukup kalimat itu saja, sudah bikin aku berdebar-debar, ah tapi sayangnya bukan deg-degan karena jatuh cinta.

Nggih Pak” jawabku. Sebenarnya banyak yang pingin aku tanyakan, tapi entah hari itu seperti mimpi. Terlalu hepi, terlalu sedih, terlalu kaget biasanya membuat pikiranku kebas, jadi pada hari itu aku tidak benar-benar sadar kalo ternyata aku sakit. Jadinya ya biasa aja, haha orang gila.

Hingga aku dibawain oleh-oleh obat sejumlah tiga lembar dengan bonus-bonusnya; berupa vitamin dan teman-temannya.


Pertama kali minum obat
Obatnya sebesar kacang kulit isi 2 yang masih belum dionceki. Obat diminum setiap pagi hari, minimal sejam sebelum sarapan, sekali minum 3 butir (besar-besar). Karena OAT akan lebih efektif dimakan ketika perut kosong. Bagiku minum obat tu hal biasa, lain hal nya dengan suntik, *nangudzubillah.

Satu jam setelah makan, perutnya panas, dan mual-muntah. Badan terasa demam. Kemudian pipisnya berwarna merah (bukan seperti darah yang klintrek-klintrek ya, tapi air sirup stroberi encer) dan bau obat.

Kedua kali minum sampai 2 minggu
Obatnya masih sama, efeknya pun tidak berubah. Sebenarnya biasa aja hlo, cuma mualnya wis saingan dengan orang hamil. Mualnya bikin semua makanan keluar lagi, padahal masuknya makanan itu susah banget. Nafsu makan masih jelek.
Solusinya makan jagung, telo, menghindari makanan yang memicu muntah nasi-sayur, santan-santan, susu. Minum wedang susu-jahe, wedang uwuh, teh tawar. Sebaiknya makan yang bergizi, tapi apa daya perut protes berpotensi muntah.

Periksa yang kedua.
ada kesulitan selama minum obat?”
Mual-mual dan muntah, demam, gatal-gatal dan nyeri sendi pak, kalo sudah diam lama ga bisa digerakin
oyaya, cek darah ya dek, ngcek fungsi hati dan ginjalnya,” kata pak dokter.
Nggih pak” Jawabku. Wajarlah karena OAT adalah obat dosis tinggi. Tapi yang berat itu, suntiknya. Duh gusti.. aku wedi jarum je.
Akhirnya aku cuma kongko-kongko di depan lab, ojag-ajeg mau masuk kok ra nduwe nyali. Setelah 2 jam kemudian ada perawat yang aku kenal lewat depan lab.
Farida nunggu apa?
Suruh cek darah je mas
Hla itu ga ngantri, ayo sini formulirnya tak masukkin ya
Ngggg iya mas” jawabku pasrah, jan e ki takut, tapi mau jujur kok gengsi, duh si*lllll..
Akhirnya sukses ambil darah dengan meski muka rada mimbik-mimbik. Mending minum obat gedhe-gedhe daripada disuntik, duh ampun-ampun lah.


Hasilnya,”Hati dan ginjalnya ‘masih’ bagus mbak, mungkin alergi antibiotik, lambungnya yang ga kuat. Saya buatkan resep anti mual ya, soalnya harus tetep minum OAT nya, ditambah obat nyeri sendi, penambah nafsu makan, anti alergi kulit, penurun demam, dan vitamin
Glekk... uakih tenan bonus e..
O nggih pak
Kalo bisa mual saja, jangan sampai dimuntahkan ya obatnya, kalo terpaksa sudah keluar, ya minum lagi
O nggih pak

Minum obat pertama setelah periksa yang kedua
Bangun tidur-minum obat-sejam-sarapan dan minum anti mual dan teman-temannya. Perut masih mual muntah, kepala masih panas, sedikit nyeri sendi.

Minum obat ke-k sampai 2 bulan pengobatan
Bangun tidur-minum obat-sejam-sarapan dan minum anti mual dan teman-temannya. Mental sudah terbiasa dengan mual-muntah-demam-nyeri sendi. I was already strong, Thanks God.

Periksa ketiga
Periksa setelah 2 bulan pertama ternyata berbeda dari biasanya. Ada tambahan cek dahak. Hasilnya negatif, yihaaaaaaa. Umumnya pengobatan TB yang sukses adalah negatif setelah 2 bulan pengobatan yang artinya aku tidak lagi menularkan bakteri njelei itu. Tapi apakah aku berhenti minum obat? No. masih minum obat lagi minimal 4 bulan lagi. Hanya saja, obat merah gedhe-gedhe berganti dengan obat kuning yang agak kecil.


Minum obat ke-n
Badan sudah enakan. Efek obat masih, hanya muntah mulai berkurang. Tapi mental sudah kuat dengan mual-muntah dan teman-temannya.

Minum obat anti TB saat ramadhan
Rangkaian pengobatanku melewati bulan Ramadhan. Obat tetep harus diminum sebelum sahur, dan tetep harus minum obat. Jadi misal tidak bangun sahur,ya berarti hari itu ga puasa. Aku tidak punya pilihan lain selain minum obat atau semakin memburuk. Maem yang enak-enak mumpung temenku puasa ahahaha *Maafkan aku ya Allah...

Apa yang terjadi kalo aku tidak minum obat?
Tidak disiplin minum obat itu fatal bagi pasien TB. Bakteri TB sangat rentan dengan resistensi (kebal obat). Pengobatan yang aku lalui adalah pengobatan tingkatan pertama. Apabila aku DO, maka kemungkinan besar aku akan naik tingkat menjadi pengobatan tingkat kedua dan diulang dari awal. Pengobatan tingkat 2 itu mirip dengan pengobatan tingkat pertama, tetapi lama pengobatan selama 8 bulan. Dan seterusnya. Jika tidak diobati, TB itu menyebar ke organ lain dan memburuk. 

Bagi pasien sejauh ini TB tidak ada pilihan lain selain minum obat. 

Memang sehat-dan sakit itu Gusti Allah yang mengatur, apalah daya aku sik sholat e we masih jumpalitan, masih belum pede kalo Allah memberiku sembuh TB hanya dengan berdoa saja dan tanpa usaha.


“Pipisku merah, keringat dan ‘eluh’ ku pink, untung hatiku nggak ‘begitu’ ungu ahahahaha”




Artikel sebelumnya :
1. POSITIF TERJANGIKT TUBERKULOSIS
2. TUBERCULOSIS ITU PENYAKIT YANG COOL

Rabu, 28 Juni 2017

HUBUNGAN VIT. A DENGAN TUBERKULOSIS

KEKURANGAN VITAMIN A BERPENGARUH DALAM PENYEBARAN TB DI SEKITAR PASIEN

Oleh : Andy Polhamus

Penemuan dipublikasikan di Clinical Infectious Diseases mengindikasikan bahwa kekurangan vitamin A sangat memprediksi terhadap penularan TB di masyarakat Peru (Obyek Penelitian) yang tinggal di sekitar pasien TB.
Gambar diambil dari https://www.google.co.id/search?q=vitamin+A&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwihiebokrDUAhUJsY8KHYUiBYoQ_AUICigB&biw=958&bih=881#imgrc=cinGoxHCOAycRM:


Berbagai garis faktor pengaruh menunjukkan bahwa ada hubungan antara status sosialekonomi dengan TB yang mungkin ditengarai oleh status gizi” tulis Omowunmi Aibana,MD,MPH dari devisi pengobatan dalam umum di Universitas Pusat Sains Kesehatan Texas, Houston bersama rekan-rekannya. “Meskipun berbagai dokumen studi tentang kekurangan mikronutrisi pada pasien TB, beberapa studi yang sebelumnya telah ada telah menilai status gizi sebagai penentu berkembangnya bakteri TB menjadi penyakit. Meskipun kurangnya data mengenai resiko TB, beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan peran vitamin A dalam merespon kekebalan terhadap bakteri".

Aibana dan rekannya menunjukkan sebuah penelitian kasus kontrol dari 6.751 penduduk di Lima , Peru yang serumah dan berhubungan dengan pasien TB. Peneliti menggunakan kelas eksperimen berupa kontak keluarga yang tidak memiliki HIV dan yang menjadi TB 15 hari atau setelahnya setelah terdaftar. Mereka mencocokkan setiap kasus dengan 4 kelas kontrol yang secara random dipilih dari keluarga yang kontak dengan pasien TB dan tidak tertular TB. Kemudian diprediksi dengan teknik odds ratio untuk TB dengan tingkat karotenoid dan vitamin A menggunaklan teknik regresi logistik bersyarat. Penelitian menyimpulkan, sebanyak 192 peserta berkembang menjadi TB selama masa tindak lanjut. Aibana dan rekannya mengevaluasi 180 kelas eksperimen dan 709 kelas kontrol yang cocok.

Pasien yang kekurangan vitamin A itu memiliki resiko 10 kali lipat untuk tertular TB (dibulatkan dari OR=10.53 ; 95% CI, 3.73-19.7), laporan para peneliti. Aibana dan rekannya menggarisbawahi bahwa resiko TB meningkat pada setiap tingkatan pada penurunan kuartil vitamin A.
Gambar diambil dari :https://www.google.co.id/search?q=TB+citizen&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjaw6uZk7DUAhUSSo8KHeVGBT4Q_AUICygC&biw=958&bih=881

Kami menemukan tingkat vitamin A diantara orang-orang yang terpapar TB di rumah pasien sangat memprediksi munculnya kasus TB selama 12 bulan setelahnya, bergantung pada” peneliti mengungkapkan” Jika hubungan antara kekurangan vitamin A dan perkembangan TB terbukti menjadi sebab-akibat, pemberian suplemen vitamin A kepada orang-orang dengan resiko terpapar TB yang tinggi dapat menjadi solusi yang murah, aman dan efektif dalam mencegah perkembangan infeksi TB menjadi TB aktif” 


Kamis, 22 Juni 2017

MENGAPA HIV TIDAK LAGI MEMATIKAN

MENGAPA HIV TIDAK LAGI MEMATIKAN
Diana Wangari

Sumber gambar : https://www.tballiance.org/why-new-tb-drugs/global-pandemic

Ketika membahas HIV, bukanlah virus yang akan membunuhmu, tetapi penyakit yang lain. Imunitas tubuh yang lemah dan penyakit yang bisa disembuhkan adalah jawabannya.

Pemikiran paling umum, satu-satunya hal yang dibutuhkan adalah minum obat antivirus. Tetapi pejuang HIV meminta pengobatan yang lebih komprehensif, termasuk pencegahan infeksi dan konseling psikologi. Oleh karenanya, beban biasanya terletak pada urusan infeksi sekunder, Tuberkulosis adalah masalah yang serius. Hal ini adalah salah satu masalah serius tentang apa itu sebenarnya positif HIV dan terinfeksi TB.

Berbaring di ranjang tidur rumah sakit, Joshua melirik celengannya yang hilang, yang selama ini ada dipikirannya. Rumah sakit itu sudah menjadi rumahnya selama 3 bulan terakhir dan saat pasien lain bersiap untuk bertemu dengan teman dan kerabat mereka pada pukul 12.30, Joshua masih tetap dalam posisi berbaring.

Tidak ada orang yang akan datang untuk menjenguknya, belum ada orang yang menengoknya selama 2 bulan terakhir. Dia masih sangat mengaharapkanya saat minggu-minggu pertama, tetapi seiring berjalannya waktu dia sadar akan realitanya, mereka sudah menyerah padanya. Tetapi siapakah yang berhak menyalahkan mereka? Mereka semua memiliki kehidupan untuk bertahan hidup, dan rencana dan tujuan yang ingin dicapai.

Mereka tidak harus merasa terbebani. Bukan oleh orang seperti dia yang kebetulan terasa memburuk setiap bulannya atau sebagaimana orang desa mengatakan “pria terkutuk”. Joshua sudah dinyatakan positif HIV satu tahun yang lalu. Dia sudah ceroboh  satu kali dan sekarang konsekuensinya akan terus menghantuinya. Penjaga bar menolak mengaku menjadi sumbernya dan ketika dia menyarankan untuk cek HIV, dia menjawabnya dengan menyebarkan kabar bahwa Joshua positif HIV di seluruh desa.

Di sebuah komutas yang kecil seperti miliknya, kabar menyebar sangat ceat dan segera semua orang mulai menjauhinya. Orang-orang terus berbisik-bisik saat dia lewat dan tidak ada yang mau bersamanya. Mereka bertingkah seolah mereka akan tertular ketika bersinggungan dengannya.

Ya, desa kecil di pedalaman sehingga mitos tersebut sangat mempengaruhi mereka. Dia dipaksa menutup tokonya, karena setelah semua yang terjadi, pelanggannya tidak lagi setia padanya. Bagaimanapun hal terbesar datang setelah istrinya meninggalkannya. Begitu banyak hal terjadi yang bisa ditahan seorang istri : gossip, tatapan menghakimi, bahkan teman-temannya menghilang.

Tetapi kelaparan yang amat, diantaranya biaya mendukung antivirus untuk suaminya dan harus mendukung suami dan anaknya dengan penghasilan yang kecil, dia harus melakukan sesuatu.

Kemudian dia mengepak semua tas nya dan kembali ke rumah orang tuanya dengan membawa anaknya.

Hal itulah yang membawa Joshua ke Nairobi, kota besar diamana seorang pria dapat bekerja meski hanya menjadi cleaning service. Hal tersebut dimulai dengan karirnya menjadi seorang pekerja keras, sebagaimana yang diceritakam pada ‘Kenya’. Dia akan melakukan pekerjaan apapun asalkan dibayar dan saat malam dia kembali ke sebuah gubuk yang satu kamarnya dihuni dengan 2 pria lain, semuanya adalah pekerja keras.

Saat dia mulai batuk, dia berpikiran bahwa itu hanyalah batuk dan ketika merasa mual dia menganggapnya sebagai tanda kelelahan. Ketika dia pingsan di jalan, beberapa penduduk baik yang lewat, segera membawanya ke rumah sakit, dimana setelah bebarapa kali tes dia didiagnosis TB.

Dia mengakui. Dia sudah menghubungi kakak yang masih hidup, dan sudah datang menjenguknya selama beberapa minggu pertama. Beban obat TB dan HIV mulai berpengaruh padanya dan dia selalu menyimpan ember di bawah tempat tidurnya untuk berjaga ketika mual menyerang. Efek obat telah menguras habis energinya, sehingga terkadang dia tidak ke kamar mandi sehingga celananya sering basah.

Tetapi yang mengganggunya adalah tagihan rumah sakit yang terus tumbuh dan ketika dia meminta bantuan kakaknya, mereka menghilang. Joshua tidak dapat menyalahkan mereka, mereka juga pekerja keras dan dia adalah pria dengan HIV dan TB. Inilah kilasan pasien yang bertahan hidup dengan HIV dan infeksi TB.

Dr. Anthonu Harries, Senior Advisor, International Union Against Tuberculosis and Lung Disease mengatakan :”Asosiasi HIV TB dapat dikendalikan dengan peningkatan skala yang lebih baik dan penerapan alat yang tersedia saat ini. Contohnya kita memerlukan lebih banyak orang yang terinfeksi HIV terdiagnosis lebih cepat agar terapi antivirus sebagai jalan yang penting dalam pencegahan TB. Kita perlu melakukan tes TB untuk semua pasien dengan HIV dan mereka yang positif TB harus cepat mulai terapi anti virus dan terapi pencegahan co trimoxazole secepatnya. Kita sudah mendapatkan kemajuan yang baik beberapa tahun ini ,tetapi hanya dengan cakupan yang menyeluruh kita dapat meraih kemenangan

Fakta
  • 35,3 juta orang bertahan hidup dengan HIV pada tahun 2012 dan hampir 1/3 nya terinfeksi TB laten. HIV menjadi faktor resikonye besar dalam perkembangan menjadi TB aktif.
  • Meski faktanya TB itu dapat disembuhkan dan HIV dapat diobati, 320 ribu orang meninggal dengan dua penyakit tersebut.
  • Perkiranya 1,2 juta orang memerlukan simulasi pengobatan untuk dua penyakit ini pada tahun 2012.
  • Dari pasien TB, ditemukan menjadi HIV + pada tahun 2012, 57% terdaftar dalam terapi antiretroviral. 80% menerima terapi pencegahan kotrimoksazol sesuai kebutuhan.



Dialihbahasakan dari artikel :Why HIV does not kill anymore

Minggu, 11 Juni 2017

KAUM URBAN ADALAH PEMBAWA TB TERBARU.

Artikel Malaysia: Pembawa  TB terbaru adalah kaum urban.



http://www.boombastis.com/fakta-tentang-malaysia/14044

Dengan gaya hidup kota yang sibuk dan tekanan untuk mengatasi biaya hidup yang tinggi, banyak kaum urban yang sudah terindentifikasi menjadi pembawa TB. Karena beberapa alasan yang masuk akal, banyak kaum urban yang hidup di kondisi yang mengenaskan seperti pemukiman padat dengan ventilasi yang buruk dan kurang menjaga kebersihan. Hal ini menjadi tempat berkembang biaknya penyakit menular dan juga mudah untuk tertular

Senior Konsultan Pernapasan di Institute of Respiratory Medicine Prof Datuk Dr Abdul Razak Mutallif mengatakan penyebaran TB cenderung pada kelompok tersebut. “Keluarga besar tinggal di sebuah rumah sempit dengan ventilasi dan kondisi kehidupan yang buruk” katanya pada Malay Mail.

Solusi umumnya adalah mereka yang hidup di area perkotaan seharusnya memiliki standar kehidupan yang lebih baik tetapi bukan hanya kondisinya saja

Beliau mengatakan bahwa di samping kondisi kehidupan yang buruk , jumlah pekerja imigran di kota dan hidup di tempat yang ramai seperti kongsis juga merupakan faktor penyumbang.

Dr Abdul Razak mengatakan meskipun mereka yang tinggal area urban memiliki akses ke rumah sakit, mereka datang ke perawataanya terlabat karena penolakan.

Di area pedesaan, mereka memiliki ventilasi yang baik dan kondisi kehidupan yang lebih baik meskipun pusat kesehatan disana sangat terbatas dan keterlambatan dalam bantuan obat” imbuhnya.

Sabah memiliki jumlah tertinggi dalam kasus TB skala nasional, tetapi hal ini dikarenakan akses menuju rumah sakit. Mereka tinggal jauh di daerah pedalaman dan untuk mencari bantuan medis menjadi sangat sulit. Mereka memiliki gaya hidup yang bagus tetapi terlambat cek medis

Tiga negara bagian dengan kasus TB tertinggi adalah Sabah, Selangor, dan Serawak, dengan jumlah total hampir setengah kasus TB di Malaysia

TB juga memiliki peringkat kematian tertinggi di antara semua penyakit menular termasuk DBD, HIV dan Malaria.

Hari TB sedunia di adakan tanggal 24 Maret setiap tahunnya adalah kesempatan untuk menarik perhatian tentang beban TB dan menyorot pencegahan dan perawatan TB.

Apa itu TB?
TB adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang dikenal dengan Mycobacterium tuberculosis atau basil Kock dan peling banyak menyerang paru-paru.

Bagaimana TB menyebar?
Tb menyebar melalui udara dan tumbuh pada sistem imun yang jelek. Penyakit ini dapat diobati dan dapat dicegah dengan penyediaan obat yang efektif dan jika pasien datang lebih awal. Ketika pasien TB paru-paru batuk, bersin, meludah otomatis mendorong bakteri TB ke udara. Seseorang bisa tertular TB hanya dengan menghirup beberapa bakteri tersebut. TB juga dapat menyerang bagian tubuh yang lain seperti otak, tulang, limpa dan hati.

Apa saja pengobatanyya?
Mengobati TB memerlukan waktu yang cukup lama. Tergantung pada umur pasien, berat badan, kesehatan dan resistensinya terhadap obat, rangkaian antibiotik dapat diberikan minimal 6 bulan. Isoniazid, Rifampin (Rifadin, Rimactane), Ethambutol (Myambutol) and Pyrazinamide adalah obat paling umum digunakan. Untuk pasien yang resisten obat, Bedaquiline dan Linezoid juga dapat disertakan pada pengobatan. Ketika merasakan gejala TB, gunakan masker selama 2 minggu. Penting bagi pasien TB untuk menyelesaikan antibiotik mereka sebagaimana ditentukan dalam rangka penyembuhan TB.


Minggu, 04 Juni 2017

BERJUANG MENELITI OBAT TUBERCULOSIS



"HANYA KAMI SENDIRI YANG MELAKUKANNYA", PERJUANGAN MENELITI OBAT TB


TB membunuh orang lebih banyak daripada HIV, tetapi obat untuk penyakit ini hampir tidak membaik selama 50 tahun. Inilah waktu yang mendesak untuk berinovasi.



Dr Ana Cavalheiro dengan tim MSF di Machiton Hospital di Tajikistan sebagai perawat setempat menjelaskan bagaimana menggunakan obat TB baru. Foto: MSF

Empat tahun yang lalu, Médecins Sans Frontières (MSF) memutuskan untuk mensponsori dan menjalankan percobaan klinis tuberkulosisnya sendiri. Tujuannya adalah untuk menemukan rejimen pengobatan baru untuk TB yang resistan terhadap obat (TB RO) yang secara umum lebih baik daripada yang tersedia saat ini.

Sebagai organisasi yang khusus memberikan perawatan kesehatan darurat jangka pendek, hal ini merupakan langkah yang berani dan baru untuk diambil. Tapi hal ini adalah keputusan yang datang dari rasa frustrasi, kemarahan dan ketidaksabaran kami atas nama lebih dari 20.000 orang penderita TB yang kami obati setiap tahun. Kami terdorong untuk mencari perawatan yang lebih baik, karena terlalu sedikit perusahaan farmasi, organisasi atau universitas yang benar-benar melakukannya.

Setiap hari 4.900 orang meninggal karena TB, penyakit menular yang menyerang paru-paru dan menyebabkan demam, batuk, dan membuat sulit bernafas. Ini adalah salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia dan sekarang membunuh lebih banyak orang daripada HIV.

Namun penyakitnya tidak sampai menerima perhatian yang pantas. Perawatan, pengobatan dan diagnostik tetap sangat kekurangan dana. Terlepas dari kenyataan bahwa jumlah orang baru yang didiagnosis dengan TB setiap tahun menurun, jumlah keseluruhan orang yang hidup dengan TB berada pada posisi tertinggi sepanjang masa. Hal ini disebabkan kegagalan menyembuhkan orang yang telah hidup dengan penyakit ini.

Diperkirakan dua dari setiap lima orang sakit TB dibiarkan tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Obat-obatan untuk mengobati TB hampir tidak membaik dalam 50 tahun.

Diagnosa dan obat-obatan yang tidak memadai membuat kompleksitas dan tingkat keparahan penyakit semakin memburuk. TB perlu diobati dengan berbagai antibiotik yang berbeda, namun obat ada telah digunakan selama beberapa dekade. Akibatnya jumlah kasus TB menjadi resisten obat yang semakin mengkhawatirkan. Bertambahnya jumlah pasien yang perawatan enam bulan mereka dinyatakan belum berhasil dan masih memiliki TB.

John, Penderita TB RO bermain dengan troli obat di samping ibunya Elizabeth, juga kasus MDR-TB, pada Médecins Sans Frontières-run klinik di Nairobi pada tahun 2015. Foto: Tony Karumba / AFP / Getty.

 Orang yang didiagnosis dengan TB RO menghadapi pengobatan dua tahun yang melelahkan. Selama waktu itu mereka harus menelan lebih dari 10.000 pil dan mendapat suntikan sehari-hari yang menyakitkan. Efek sampingnya sering kali menjadikannya tidak sanggup. Misalnya, mual secara konstan, sakit sendi, tuli permanen dan bahkan psikologis. Banyak pasien harus menghabiskan waktu lama di rumah sakit, tidak dapat mencari nafkah dan terputus dari teman dan keluarga serta semua hal yang berkaitan dengan kehidupan normal.

Pada akhir tahun kedua, hanya setengah dari orang-orang ini yang dinyatakan berhasil.

Salah satu alasan utama kurangnya investasi TB adalah kebanyakan orang dengan penyakit ini tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Imbasnya, hanya ada sedikit insentif finansial bagi perusahaan farmasi untuk mengembangkan atau meneliti obat baru. Hal ini juga karena perusahaan obat mendapatkan keuntungan finansial dengan mematenkan obat. Hak paten ini membatasi bagaimana obat tersebut dapat digunakan. Karena sejumlah obat diperlukan untuk membunuh TB, sulit untuk meneliti obat baru jika sudah dikembangkan oleh perusahaan lain yang telah mematenkan sendiri obatnya. Akibatnya, hanya dua obat baru yang dikembangkan dalam 50 tahun terakhir yang tersisa dan berada di luar jangkauan kebanyakan pasien. Tidak ada cukup petunjuk atau penelitian untuk merekomendasikan penggunaannya secara luas dan juga tidak ada keterangan bagaimana menggunakannya sebagai bagian dari rejimen baru.

Sebagai organisasi dokter, perawat dan staf medis lainnya, kami merasa sangat frustrasi karena ribuan pasien kami terus menderita perawatan yang panjang dan beracun dan gagal ini. Akhirnya cukup sudah, kami memutuskan untuk melakukan sesuatu sendiri untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik untuk pasien kami.

Kami ingin menjalankan penelitian secara tulus, dengan fokus pada orang-orang yang paling membutuhkan perawatan yang lebih baik, di mana hasilnya akan berdampak nyata pada kehidupan masyarakat. Kami memutuskan untuk mencoba kombinasi obat-obatan yang hanya perlu dilakukan selama enam bulan, tanpa suntikan yang menyakitkan setiap hari, pil lebih sedikit, yang diharapkan memiliki efek samping yang lebih ringan dan berpotensi lebih efektif dalam menyembuhkan semua bentuk TB RO.




Kementerian kesehatan Uzbekistan berada di pintu masuk bangsal yang menangani uji klinis obat TB, TB PRACTECAL. Foto: Alpamis Babaniyazov / MSF


Setelah bertahun-tahun bekerja keras, TB PRACTECAL dimulai pada akhir Januari 2017 di Uzbekistan. Ini adalah percobaan klinis penuh fase III dengan empat lokasi di Uzbekistan, Belarus dan Afrika Selatan. 630 peserta akan mengambil kombinasi dua obat anti-TB baru (bedaquiline dan pretomanid) dengan tiga obat lain yang ada (linezolid, clofazimine dan moxifloxacin) pada kelompok kontrol.

Ketika pasien pertama mengambil pil pertama percobaan ini terasa seperti kejadian sejarah yang menarik dan penting. Tapi kenyataannya kita masih punya jalan yang panjang.

Hasil percobaan pertama diperkirakan dalam dua tahun dan hasil akhir dalam empat tahun. Jika berhasil, kombinasi pengobatan ini dapat direkomendasikan untuk digunakan secara luas oleh WHO dan diluncurkan di negara-negara di seluruh dunia.

Tetapi bahkan jika percobaan ini berhasil, meski kami berharap hal itu dapat berdampak nyata pada kehidupan beberapa orang dengan TB yang resistan terhadap obat, ini hanya akan menjadi langkah kecil dalam upaya mengatasi epidemi global ini.

Awalnya, kita akan memerlukan jalur obat baru untuk menggantikan yang lebih tua. Hal ini karena obat lama menjadi kurang efektif. MSF juga telah memprakarsai Proyek 3P yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan baru yang lebih kolaboratif dalam mendanai dan mengembangkan obat TB, karena model yang ada jelas tidak berfungsi.

Tentu saja, MSF tidak bisa mengatasi krisis TB sendirian. Kami juga membutuhkan alat diagnostik yang lebih baik yang juga dapat diakses oleh mereka yang paling membutuhkan. Kami memerlukan cara yang lebih baik untuk mengembangkan obat individual dan cara yang lebih cepat dalam menggabungkannya ke dalam rejimen. Kami membutuhkan kombinasi yang sesuai untuk anak-anak. Dan semua pengobatan itu haruslah terjangkau.

Dengan ribuan orang yang meninggal setiap hari akibat TB , perlu ada respon global terhadap krisis global ini.

Dr Bern-Thomas Nyang’wa adalah seorang spesialis TB di Médecins Sans Frontières/Doctors Without Borders (MSF).

Artikel dialihbahasakan dari :