Selasa, 19 September 2017

MAKANAN DAN HARAPAN SEMBUH PASIEN TB



Pekan Gizi Nasional (5 September di India) adalah waktu yang tepat untuk meninjau kembali hubungan gizi dan Tuberkulosis.



Kira-kira dalam waktu 3 menit, artikel ini habis dibaca, 3 orang di suatu tempat di India meninggal karena TB. India menanggung beban proporsi tuberkulosis global yang signifikan, mengandung seperempat kasusu di dunia. Lebih dari 2 juta orang India terserang TB setiap tahunnya. Kami sangat menyadari pentingnya faktor pengobatan dan dukungan TB yang patut mendapatkan perhatian di India, termasuk juga kesadaran yang lebih baik, diagnosis dini, peningkatan akses terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT), deteksi terhadap resistensi obat dan penyelesaian pengobatan. Nutrisi, bagaimanapun, adalah aspek yang penting dalam pengobatan yang sering diabaiakan.


Riwayat medis penuh dengan bukti anekdotal yang menyoroti peran nutrisi dalam membantu pasien pulih dari TB. Kembali di abad 19, TB adalah penyakit umum di seluruh Eropa. Tidak tersedia obat anti TB sehingga pasien sering dikirim ke sanatorium , dimana mereka menjalani rejimen harian yang ketat yang terdiri dari makanan bergizi, banyak udara segar, istirahat dan aktivitas terbatas. Dan banyak dari mereka mampu pulih. Dengan sedang berlangsungnya Pekan Gizi Nasional, inilah saat yang tepat untuk meninjau kemabil hubungan antara gizi dan tuberkulosis

Hubungan antara TB dan gizi buruk


Kekurangan gizi merupakan faktor resiko berat untuk TB . Penyakit ini, pada saat tertentu, mengakibatkan perubahan patofisiologis yang menyebabkan kekurangan gizi. Pasien TB mengalami kehilangan nafsu makan, memiliki laju metabolisme basal (BMR) yang lebih tinggi dan berkurangnya kemampuan untuk mensintesis protein dalam tubuh, menyebabkan pemborosan otot, kekurangan lemak, dan penurunan berat badan, serta kekurangan mikro dan makronutrien. Kekurangan gizi dikombinasikan dengan durasi pegobatan TB yang lama dan obat-obatan, menyebabkan outcome pengobatan yang buruk dan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi

Kurang gizi pada saat diagnosis TB juga dikaitkan dengan lebih tingginya resiko kematian akibat infeksi.


Pentingnya makanan yang baik saat pemulihan TB


Diperkirakan 70% kasus TB yang timbul, tercatat berada di rentang usia paling produktif (15-54 tahun), seringkali mengakibatkan pasien kehilangan pekerjaan yang mungkin menjadi tulang punggung bagi keluarga mereka. 

Bahkan, keadaan hidup yang tidak bersih, keterbatasan akses menuju fasilitas kesehatan dan kurangnya kesadaran membuat keluarga yang kurang mampu menjadi lebih rentan dan memaksa mereka pada masalah keuangan yang lebih rumit. Oleh karena itu, penting untuk memberikan dukungan berupa nutrisi yang dibutuhkan pasien dan keluarga mereka dengan harapan dapat meningkatkan harapan sembuh pada pengobatan dan mengurangi penularan TB ke anggota keluarga lain.

Asupan kalori, protein, mikronutrien dan makronutrien yang cukup selama pemulihan TB dapat membantu menambah jumlah kalori dan energi yang dibutuhkan akibat infeksi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan reaksi biokimia yang terlibat dalam proses perbaikan dan pemulihan sel dan jaringan, dan membantu penanganan gejala TB dan efek sampingnya. Pasien TB harus mendapatkan 45%-65% kebutuhan energi hariannya dari karbohidrat, 25%-35% dari lemak dan 15%-30% dari protein. Beberapa nutrisi penitng untuk pasien adalah vitamin A, B6, C,D,E, asam folat, temabaga, besi, selenium dan seng, karena berperan penting dalam fungsi yang berhubungan dengan sel dan kekebalan tubuh.

Memberikan dukungan nutrisi bagi mereka yang membutuhkan.


Pemerintah Chhattisgarh (red-Negara bagian dari India) telah menjadi orang pertama yang meluncurkan skema inovatif untuk memberikan bantuan nutrisi kepada pasien TB. Mukhyamantri Kshay Poshan Yojana (red: Program kesejahteraan oleh Pemerintah India) menyediakan sekeranjang makanan bulanan yang mencakup minyak kacang kedelai, kacang tanah, dan susu bubuk bagi setiap 30.000 pasien. Di kota-kota lain seperti Visakhapatnam (Andhra Pradesh-red-Negara bagian India) dan Indore (Madhya Pradesh- red-Negara bagian India), memberikan nutrisi yang dibutuhkan kepada pasien TB, terutama yang tinggal di daerah terpencil.

Sangat penting, pada saat diagnosis itu sendiri, untuk mengecek status gizi pasien dan memberikan konseling kepadanya tentang peran nutrisi. 


Kita harus melakukan hal ini tanpa mengesampingkan faktor standar rejimen dan ‘monitoring’ TB. Pengecekan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional atau petugas layanan kesehatan terlatih lainnya di pusat kesehatan masyarakat. Beberapa parameter seperti tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas (pada anak-anak), riwayat medis, tanda kekurangan gizi klinis(misalnya busung lapar, wasting), bersamaan dengan evaluasi makanan dan cek kondisi kormobid (penampakan dari 2 buah penyakit yang bersamaan) untuk menilai apakah pasien tersebut kekurangan gizi. Menawarkan suplemen nutrisi juga dapat disebut sebagai insentif bagi pasien untuk memotivasi mereka agar patuh dan dapat menyelesaikan pengobatannya.


India telah membuat langkah yang signifikan dalam mengurangi prevalensi TB dan moralitas TB dalam 25 tahun terakhir. Bagaimanapun, untuk menghapus label India sebagai negara dengan beban TB global tertinggi, maka kita perlu bersatu dalam memberikan dukungan nutrisi ke dalam strategi pengobatan, perawatan dan dukungan TB, khususnya untuk masyarakat yang kurang mampu.

Red: Indonesia memiliki beban TB tertinggi kedua, setelah India


Senin, 04 September 2017

OBAT ANTI TUBERKULOSIS DIMINUM SEBELUM, SAAT, ATAU SETELAH MAKAN?

Peneliti Menjawab

TNN | Diupdate: Sep 4, 2017, 05:51 IST

Chennai: Dalam sebuah penelitian tentang mengubah jadwal minum obat anti tuberkulosis (OAT), sekelompok peneliti telah menemukan bahwa makanan dapat mengurangi keefektifan sebagian besar obat lini pertama dari pengobatan infeksi ini.

Sebuah tim dari Institut National Penelitian tuberkulosis (NIRT-India)- setelah menguji 25 pasien TB di Chennai yang makan sebelum minum obat mereka- menemukan, bahwa, konsentrasi OAT tersebut menurun secara signifikan dan memperlambat penyerapannya. Mereka meneliti 3 obat lini pertama : rifampicin, isoniazid and pyrazinamide.

Dr.Soumya Swaminathan, direktur jenderal Indian Council of Medical Research, salah satu rekan penulis mengatakan, meskipun kebanyakan dokter mengetahui dampak klinis pada makanan terhadap refampicin, pedoman mengenai kapan mengkonsumsi selain obat itu tidak jelas. “Studi kami menunjukkan bahwa setidaknya dua obat lini pertama lainnya perlu diminum dengan berpuasa (tidak makan 12 jam sebelum minum obat-red)”katanya, menambahkan penemuan mereka itu penting, karena rendahnya dosis obat lini pertama. “Dan jika makanan malah lebih mengurangi keefektifan, hal ini dapat menyebabkan kekhawatiran” imbuhnya.

Bagaimanapun, tidak semua orang bisa mentolerir obat ini saat perut sedang kosong “ Dalam kasus tersebut, setidaknya tunda waktu (minum obat-red) 3 jam setelah makan

Penelitian yang telah dipublikasikan di Indian Journal of Medical Research, mengenai studi pasien yang minum obat setelah sarapan 4 idli (Sarapan khas India Selatan-red) dengan coconut chutney (saus kelapa) dan sambar (sejenis masakan sayur India Selatan) dan satu cangkir kopi. Kelompok yang serupa di periksa setelah puasa semalam 12 jam, dilanjutkan dengan pemberian obat dan sarapan setelah 2 jam pemberian obat.

Pemberian obat bersama makanan menyebabkan konsentrasi plasma (waktu yang dibutuhkan obat untuk mulai bereaksi setelah diserap oleh darah) turun 50%, 45%, dan 34% berturut-turut untuk rifampicin, isoniazid and pyrazinamide.



Obat Anti Tuberkulosis


Peneliti mengatakan bahwa asupan makanan mempengaruhi perjalanan ruwet dalam bioavailability obat (perjalanan obat hingga diserap sel-red),” Hal itu mungkin mengganggu tidak hanya pada disintegrasi tablet, pelarutan obat dan transit obat selama di saluran pencernaan tetapi juga dapat mempengaruhi transformasi metabolik obat di dinding penceraan dan hati” kata Dr. Greetha Ramachandran dari departemen biokomia dan klinik farmakologi NIRT.

Dia menambahkan tidak ada pedoman yang jelas mengenai apakah boleh atau tidak meminum obat bersama dengan makanan.”Yakin, bahwa obat tidak mentolerir dengan baik saat perut kosong dan beberapa pasien lebih memilih untuk makan dahulu sebelum minum obat-obatan mereka” katanya. Dalam program perbaikan pengendalian TB Nasional (India-red), semua obat diberikan bersamaan dengan pengobatan pengawasan langsung (DOT) pada fase intensif.

Studi tersebut merekomendasikan dokter untuk menjelaskan kepada pasien tentang efek positif dari minum obat dalam keadaan belum makan dan disarankan untuk melakukan hal itu. “Ada juga kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut untuk memaksimalkan khasiat dan keamanan obat yang digunakan saat ini” saran Dr. Swaminathan.