Kamis, 22 Juni 2017

MENGAPA HIV TIDAK LAGI MEMATIKAN

MENGAPA HIV TIDAK LAGI MEMATIKAN
Diana Wangari

Sumber gambar : https://www.tballiance.org/why-new-tb-drugs/global-pandemic

Ketika membahas HIV, bukanlah virus yang akan membunuhmu, tetapi penyakit yang lain. Imunitas tubuh yang lemah dan penyakit yang bisa disembuhkan adalah jawabannya.

Pemikiran paling umum, satu-satunya hal yang dibutuhkan adalah minum obat antivirus. Tetapi pejuang HIV meminta pengobatan yang lebih komprehensif, termasuk pencegahan infeksi dan konseling psikologi. Oleh karenanya, beban biasanya terletak pada urusan infeksi sekunder, Tuberkulosis adalah masalah yang serius. Hal ini adalah salah satu masalah serius tentang apa itu sebenarnya positif HIV dan terinfeksi TB.

Berbaring di ranjang tidur rumah sakit, Joshua melirik celengannya yang hilang, yang selama ini ada dipikirannya. Rumah sakit itu sudah menjadi rumahnya selama 3 bulan terakhir dan saat pasien lain bersiap untuk bertemu dengan teman dan kerabat mereka pada pukul 12.30, Joshua masih tetap dalam posisi berbaring.

Tidak ada orang yang akan datang untuk menjenguknya, belum ada orang yang menengoknya selama 2 bulan terakhir. Dia masih sangat mengaharapkanya saat minggu-minggu pertama, tetapi seiring berjalannya waktu dia sadar akan realitanya, mereka sudah menyerah padanya. Tetapi siapakah yang berhak menyalahkan mereka? Mereka semua memiliki kehidupan untuk bertahan hidup, dan rencana dan tujuan yang ingin dicapai.

Mereka tidak harus merasa terbebani. Bukan oleh orang seperti dia yang kebetulan terasa memburuk setiap bulannya atau sebagaimana orang desa mengatakan “pria terkutuk”. Joshua sudah dinyatakan positif HIV satu tahun yang lalu. Dia sudah ceroboh  satu kali dan sekarang konsekuensinya akan terus menghantuinya. Penjaga bar menolak mengaku menjadi sumbernya dan ketika dia menyarankan untuk cek HIV, dia menjawabnya dengan menyebarkan kabar bahwa Joshua positif HIV di seluruh desa.

Di sebuah komutas yang kecil seperti miliknya, kabar menyebar sangat ceat dan segera semua orang mulai menjauhinya. Orang-orang terus berbisik-bisik saat dia lewat dan tidak ada yang mau bersamanya. Mereka bertingkah seolah mereka akan tertular ketika bersinggungan dengannya.

Ya, desa kecil di pedalaman sehingga mitos tersebut sangat mempengaruhi mereka. Dia dipaksa menutup tokonya, karena setelah semua yang terjadi, pelanggannya tidak lagi setia padanya. Bagaimanapun hal terbesar datang setelah istrinya meninggalkannya. Begitu banyak hal terjadi yang bisa ditahan seorang istri : gossip, tatapan menghakimi, bahkan teman-temannya menghilang.

Tetapi kelaparan yang amat, diantaranya biaya mendukung antivirus untuk suaminya dan harus mendukung suami dan anaknya dengan penghasilan yang kecil, dia harus melakukan sesuatu.

Kemudian dia mengepak semua tas nya dan kembali ke rumah orang tuanya dengan membawa anaknya.

Hal itulah yang membawa Joshua ke Nairobi, kota besar diamana seorang pria dapat bekerja meski hanya menjadi cleaning service. Hal tersebut dimulai dengan karirnya menjadi seorang pekerja keras, sebagaimana yang diceritakam pada ‘Kenya’. Dia akan melakukan pekerjaan apapun asalkan dibayar dan saat malam dia kembali ke sebuah gubuk yang satu kamarnya dihuni dengan 2 pria lain, semuanya adalah pekerja keras.

Saat dia mulai batuk, dia berpikiran bahwa itu hanyalah batuk dan ketika merasa mual dia menganggapnya sebagai tanda kelelahan. Ketika dia pingsan di jalan, beberapa penduduk baik yang lewat, segera membawanya ke rumah sakit, dimana setelah bebarapa kali tes dia didiagnosis TB.

Dia mengakui. Dia sudah menghubungi kakak yang masih hidup, dan sudah datang menjenguknya selama beberapa minggu pertama. Beban obat TB dan HIV mulai berpengaruh padanya dan dia selalu menyimpan ember di bawah tempat tidurnya untuk berjaga ketika mual menyerang. Efek obat telah menguras habis energinya, sehingga terkadang dia tidak ke kamar mandi sehingga celananya sering basah.

Tetapi yang mengganggunya adalah tagihan rumah sakit yang terus tumbuh dan ketika dia meminta bantuan kakaknya, mereka menghilang. Joshua tidak dapat menyalahkan mereka, mereka juga pekerja keras dan dia adalah pria dengan HIV dan TB. Inilah kilasan pasien yang bertahan hidup dengan HIV dan infeksi TB.

Dr. Anthonu Harries, Senior Advisor, International Union Against Tuberculosis and Lung Disease mengatakan :”Asosiasi HIV TB dapat dikendalikan dengan peningkatan skala yang lebih baik dan penerapan alat yang tersedia saat ini. Contohnya kita memerlukan lebih banyak orang yang terinfeksi HIV terdiagnosis lebih cepat agar terapi antivirus sebagai jalan yang penting dalam pencegahan TB. Kita perlu melakukan tes TB untuk semua pasien dengan HIV dan mereka yang positif TB harus cepat mulai terapi anti virus dan terapi pencegahan co trimoxazole secepatnya. Kita sudah mendapatkan kemajuan yang baik beberapa tahun ini ,tetapi hanya dengan cakupan yang menyeluruh kita dapat meraih kemenangan

Fakta
  • 35,3 juta orang bertahan hidup dengan HIV pada tahun 2012 dan hampir 1/3 nya terinfeksi TB laten. HIV menjadi faktor resikonye besar dalam perkembangan menjadi TB aktif.
  • Meski faktanya TB itu dapat disembuhkan dan HIV dapat diobati, 320 ribu orang meninggal dengan dua penyakit tersebut.
  • Perkiranya 1,2 juta orang memerlukan simulasi pengobatan untuk dua penyakit ini pada tahun 2012.
  • Dari pasien TB, ditemukan menjadi HIV + pada tahun 2012, 57% terdaftar dalam terapi antiretroviral. 80% menerima terapi pencegahan kotrimoksazol sesuai kebutuhan.



Dialihbahasakan dari artikel :Why HIV does not kill anymore

Tidak ada komentar:

Posting Komentar